Mengungkap Perjalanan Sejarah Bangunan SMPN 5 Marengan
Oleh : Yuliana Hamisatul Laili, S.Pd.
Satu lagi sisa bangunan peninggalan Belanda yang masih utuh melengkapi
deretan bangunan tua bersejarah yang ada di Sumenep adalah SMP Negeri 5 yang berada di Marengan. Kita tentunya semua tahu bangunan SMPN 5 Marengan dan bangunan sekitarnya
merupakan bangunan-bangunan yang bernuansa kolonial. Tapi tahukah anda,
difungsikan sebagai apakah bangunan-bangunan tersebut pada jaman dulu ?!
Siapakah
yang tidak tahu Marengan, sebuah desa yang terletak di sebelah timur
kota Sumenep. Desa Marengan terkenal dengan kuliner “Patthola”
sebagai makanan khasnya. Posisinya yang cukup strategis menghubungkan
kota Sumenep dan Kalianget membuat kawasan ini menjadi kawasan
terpenting pada Jamannya. Marengan Tempo Dulu, pada masa Kolonial
menjadi suatu kawasan terpenting bagi orang-orang kulit putih di
Sumenep. Di sini, semua pergerakan ekonomi komoditas Garam dikendalikan,
permukiman masyarakat Eropa juga mulai dibangun, pusat-pusat
pemerintahan pihak kolonialpun tak jauh dari kawasan ini, tak
ketinggalan pula, kawasan ini menjadi kawasan ekonomi terpenting di
Sumenep pada tahun 1800an.
Pesatnya
perkembangan ekonomi yang dimonopoli oleh pihak kolonial dan eksistensi
kekuatan mereka semakin besar, membuat beberapa orang-orang Eropa
menjadi pendatang di tanah Hindia (Indonesia). Salah satunya Dirk van
Duyne, yang rela melakukan perjalan jauh dari Scheveningen (salah satu
kota pesisir di Belanda) ke Hindia pada tahun 1850. Saat itu umurnya
baru memasuki usia 20 tahun.
Dirk
Van duyne atau yang dikenal dengan Dirk I memulai awal karirnya sebagai
seorang penjaga di salah satu anggota keluarga di Pulau Jawa dan
kemudian perpindah tempat tinggal ke Pamekasan dan hingga akhirnya ke
Sumenep. Setelah bertahun-tahun lamanya Dirk I menanggalkan Jabatannya
sebagai salah satu pegawai dinas sipil dan memulai awal karirnya sebagai
Pedagang. Di Sumenep dia tinggal di “Kampung Eropa” Marengan dan
menikah dengan gadis Jawa yang bernama Marian (Mariam) dan dikaruniai
sebelas orang anak.
Setelah karir
dagangnya mengalami kemuduran untuk yang pertama kalinya, akhirnya
perusahaan dagangnya mulai mencoba untuk bangkit sehingga usahanya
tersebut berkembang hingga sangat pesat . Akhir abad 19, bisnis
utamanya menjadi yang pertama di Pulau Madura. Bisnis usahanya
berkembang sehingga memiliki banyak usaha seperti hotel, pabrik es,
sejumlah Kano (perahu), tembakau dan garam, dan empat buah kapal besar
yang selalu siap sedia di Pelabuhan Kalianget.
Dimasyarakat,
Dirk I tak hanya dikenal sebagai seorang pengusaha yang handal, tapi
dia juga dikenal sebagai seorang organisatoris di wilayahnya, beberapa
posisi penting dan strategis juga pernah dia pegang. Antara lain sebagai
anggota dewan daerah dari pulau Madura, Anggota Komite Gereja di
Marengan, Anggota Komite Sekolah HIS Soemenep, dan Sekretaris
perkumpulan masyarakat Eropa di Marengan yang ia dirikan bersama-sama
kerabatnya. Di akhir hidupnya dia mendirikan sebuah gereja protestan
bagi masyarakat hindia di halaman rumahnya. Dia meninggal tahun 1917.
Dan bisnis usahanya dilanjutkan oleh putranya, Dirk II dan terakhir oleh
Dirk III bersama-sama keluarga lainnya.
Keluarga
Van Duijne dikenal sebagai Keluarga penguasaha yang kaya dibandingkan
dengan tokoh-tokoh local pada zamannya. Kejayaan bisnisnya berakhir
setelah invansi meliter Jepang pada tahun 1942 di Madura. Dari kejadian
waktu itu hanya ada beberapa anggota keluarga saja yang selamat, yakni
Dirk III, dan hidup bebas setelah kemerdekaan Indonesia. Dirk III
meninggal di Malang tahun 1948.
Sebelum SMP Negeri 5 berdiri, bangunan rumah Dirk I ini difungsikan sebagai Sekolah Teknik, salah satu sekolah kejuruan tingkat pertama yang ada di Sumenep. Baru pada tahun 1992 Sekolah Teknik Tingkat Pertama ini dibubarkan dan diganti menjadi SMP Negeri 5 Sumenep.
Sebelum SMP Negeri 5 berdiri, bangunan rumah Dirk I ini difungsikan sebagai Sekolah Teknik, salah satu sekolah kejuruan tingkat pertama yang ada di Sumenep. Baru pada tahun 1992 Sekolah Teknik Tingkat Pertama ini dibubarkan dan diganti menjadi SMP Negeri 5 Sumenep.
0 komentar:
Posting Komentar